Tuesday, March 31, 2015

Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB tentang Kontrasepsi Pil/Masa Interval

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi pil adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesteron atau yang hanya terdiri dari hormon progesteron saja. Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Alat ini atau cara ini sifat tidak permanen, dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan anak jika diinginkan. KB adalah upaya untuk mengatur jumlah penduduk (Suratun, 2008).

Dimasyarakat, metode kontrasepsi hormonal tidaklah asing lagi. Hampir 70% akseptor KB menggunakan metode kontrasepsi hormonal. Namun demikian banyak juga efek samping yang dikeluhkan oleh akseptor KB yang belum memahami dengan baik bagaimana metode kontrasepsi hormonal tersebut ( Handayani Sri, 2010).

Di Indonesia, program pembangunan nasional, Keluaga Berencana (KB) mempunyai arti yang sangat penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia sejahtera, disamping progam pendidikan dan kesehatan. Paradigma baru program Keluarga Berencapna Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan ”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera,

Dinas kesehatan RI mendefinisikan KB sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pembinaan ketahanan, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. KB bisa dimulai ketika pasangan berkomitmen untuk mengarungi bahtera kehidupan bersama dalam suka dan duka. KB diakhiri ketika pasangan meninggal dunia ( Mar’atul Uliyah, 2010).

Dalam masyarakat yang terbiasa minum pil ini memiliki keunggulan karena familaritas serta fleksibelitas untuk berhenti atau mulai kapan sajasesuai keinginan wanita yang akan menggunakannya. Fleksibelitas yang tinggi ini juga merupakan kekurangan utamanya, karena dosis yang rendah sama artinya dengan kecilnya batasan keamanan untuk penundaan minum pil. Pada sebagian wanita, efek pada mucus serviks sudah hilang dalam 24 jam ( Anna Glasier. 2006).

Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut berbagai potensi, konsekwensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan ( Saifuddin, BA, 2006).

Sekitar 0,3 % wanita yang menggunakan pil KB kombinasi sesuai instruksi bisa hamil pada tahun pertama penggunaan. Peluang terjadinya kehamilan akan semakin besar bila wanita terlewat atau lupa minum pil, terutama pada hari-hari awal pada siklus menstruasi. Dosis estrogen pada pil KB kombinasi bervariasi. Biasanya, pil KB kombinasi dengan dosis estrogen yang rendah (20-35 mikrogram). Wanita sehat yang tidak merokok dapat menggunakan pil KB kombinasi dosis rendah tanpa henti sampai menjelang menopause ( El. Manan. 2011).

Banyak wanita memilih metode hormonal sebagai kontrasepsi mereka karena metode tersebut dapat diandalkan, dengan mudah mereka dapat kembali subur, dan mereka tetap memegang kendali. Di inggris, layanan kontrasepsi yang mencakup pil kontrasepsi bebas biaya peresepan, yang memungkinkan metode ini mudah diakses oleh semua wanita ( Suzanne Everett. 2008).

Sesuai dengan keterangan di atas, maka prioritas pertama kontrasepsi yang disarankan adalah pil KB, karena pil KB termasuk metode yang efektif untuk mencegah kehamilan dan salah satu metode yang paling disukai karena kesuburan langsung kembali bila penggunaan dihentikan, serta pil KB dapat mengurangi resiko infertilitas primer hingga 40 %. Ada 2 (dua) macam kontrasepsi pil, yaitu pil kombinasi dan pil progestin. Mengingat kerja kontrasepsi oral yang multiple sulit untuk memahami bagaimana kelalaian tidak mengkonsumsi satu atau dua pil dapat menyebabkan kehamilan ( Iswarati, S.U. 2009 ).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemakaian kontrasepsi, faktor- faktor ini adalah kebudayaan/kepercayaan, kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi, dan Pengetahuan akseptor yang kurang (BKKBN, 2004).

No comments:

Post a Comment