Monday, March 30, 2015

Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah/BBLR/Kematian Neonatus



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hekekatnya merupakan penyelenggaraan upaya kesehatan untuk mencapai kemampuan hidup sehat secara mandiri dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta peningkatan sumber daya manusia dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan sendini mungkin, terutama sejak bayi masih dalam kandungan dan saat kelahiran yang harus dilakukan oleh seorang ibu, dan ini berpengaruh erat dengan tingkat kematian bayi.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi atau lebih dikenal dengan AKB, yaitu bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan indikator lainnya seperti mortalitas, AKB lebih sensitif karena sangat menggambarkan status kemajuan sosial ekonomi suatu negara di mata dunia. Sehingga beralasan bila pemerintah memberikan perhatian serius dalam bentuk berbagai program-program kesehatan baik jangka pendek maupun jangka panjang penanggulangan kematian bayi, selain itu penurunan angka kematian bayi merupakan salah satu target utama Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup.1

Menurut WHO tahun 2007, BBLR disebabkan oleh 7 (tujuh) faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), penyakit (infeksi di masyarakat seperti malaria, anaemia, syphilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial ekonomi).2

Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor risiko yang mempunyai konstribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah hingga saat ini merupakan masalah seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Prevalensi diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3.3%-38% dan lebih sering di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Statistik menunjukkan bahwa 90% dari kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.3

Bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kamatian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, asfirasi, pneumonia, perdarahan intracranial, infeksi, hipotermi, dan hipoglikemia masih tinggi di Indonesia. Dengan kata lain, tingginya angka kematian tersebut disebabkan BBLR sangat rentan terhadap berbagai penyakit dengan gejala yang bervariasi. Padahal telah diketahui bersama bahwa indikator kesehatan suatu bangsa masih dilihat dari tingg idan rendahnya angka kematian bayi, termasuk kematian bayi BBLR.4

Hasil penelitian Besral, menyebutkan bahwa kelahiran premature dan bayi BBLR adalah penyebab terbesar AKB diikuti kejadian infeksi. Penyebab kematian neonatal 7 – 28 hari paling banyak berturut-turut adalah sepsis (20.5%), kelainan congenital (19%), pneumonia (17%), respiratory distress syndrome (14%), prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%), defisiensi nutrisi (3%), dan suddenly infant death syndrome (3%).5

Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) masih tinggi, sekitar 56% kematian terjadi pada periode yang sangat dini yaitu di masa neonatal.Sebagian besar kematian neonatal terjadi pada 0-6 hari (78.5%), penyebab utama kematian bayi adalah prematuritas dan BBLR 30-40%. Target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015 adalah menurunkan AKB kelahiran hidup menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.6

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan BBLR antara lain adalah usia ibu pada waktu hamil terlalu muda yaitu kurang dari 20 tahun atau terlalu tua yaitu lebih dari 35 tahun, jarak kehamilan terlalu dekat yaitu kurang dari 2 tahun, adanya riwayat BBLR sebelumnya, adanya aktivitas berat atau pekerjaan fisik tanpa istirahat, kondisi keluarga sangat miskin, kondisi kehamilan kurang gizi, ibu perokok, pengguna obat terlarang, alkohol, ibu hamil dengan anemia berat, mengalami preeklampsia pada masa kehamilan, adanya infeksi selama kehamilan, kehamilan ganda dan bayi cacat bawaan.7

Status gizi ibu baik sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab utama dari berbagai persoalan kesehatan yang serius pada ibu dan bayi, yang akan mengakibatkan terjadinya bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, serta kematian neonatal dan perinatal. Padahal perbaikan status gizi ibu hamil telah banyak dilakukan.8

Tingkat pendidikan ibu hamil juga sangat berperan dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan yang sangat dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang rendah kadang ketika tidak mendapatkan informasi mengenai kesehatannya, maka ia tidak tahu mengenai bagaimana cara untuk melakukan perawatan kehamilan yang baik.9

Pemeriksaan ibu selama kehamilan sangat menentukan kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Pemeriksaan secara rutin juga dapat mendeteksi sedini mungkin jika ada kelainan pada ibu dan janin selama kehamilan.Hasil temuan Candrayanti di Temanggung, juga sesuai dengan hasil penelitian bahwa ANC yang teratur berhubungan dengan kejadian BBLR.4 Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir.2

No comments:

Post a Comment