Saturday, May 2, 2015

Ruang Lingkup Penelitian Kebidanan


Penelitian Kebidanan memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan penelitian kebidanan mencakup kategori :
  1. Kehamilan : lingkup penelitian ini adalah segala bentuk penelitian yang membahas tentang berbagai masalah- masalah kehamilan, seperti perubahan- perubahan fisiologi atau psikologi yang terjadi selama kehamilan, dampak perubahan tersebut pada ibu atau keluarga serta masalah lain seperti perdarahan pervaginam, hipertensi gravidarum, nyeri kepala, nyeri perut bagian bawah, status gizi ibu hamil dll. Contoh : Gambaran Pengetahuan Primi Gravida tentang Hiperemesis Gravidarum dan Penanganannyadi Rumah Bersalin A
  2. Persalinan : Lingkup ini membahas tentang berbagai masalah- masalah yang terjadi dalam proses persalinan, seperti cepat atau tidaknya proses persalinan (kala I, II, III dan IV) dan teknik- teknik yang tepat dalam membantu proses persalinan. Contoh : Pengaruh Kehadiran Suami terhadap Percepatan Proses Persalinan pada Ibu yang dirawat di Rumah Bersalinan B
  3. Nifas (Pasca Persalinan) : membahas berbagai masalah selama nifas, seperti proses laktasi dan menyusui, respon orangtua terhadap bayi baru lahir, perubahan fisiologi dan patologi setelah masa nifas, kebutuhan masa nifas, nyeri, infeksi, perawatan payudara, perineum, senam nifas dan lain- lain. Contoh : Studi tentang Proses Laktasi dan Menyusui Pada Ibu Nifas di Rumah Bersalin C
  4. Patologi Kebidanan : membahas tentang masalah patologi kebidanan, seperti adanya penyakit tuberkulosis paru, gagal ginjal, hipertensi, diabetes, asma atau penyakit infeksi seperti sifilis, toksoplasmosis, hepatitis atau penyulit lain seperti anemia kehamilan, hiperemesis, abortus, molahidatidosa, pre eklamsi, solusio plasenta, plasenta previa, letak lintang, dan bendungan ASI, tromboplebitis dan lain- lain. Contoh : Faktor- faktor yang Mempengaruhi terjadinya Anemia pada Ibu Hamil yang di rawat di Rumah Bersalin D
  5. Kebidanan Komunitas : membahas masalah kebidanan di komunitas seperti kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, bayi berat lahir rendah, tingkat kesuburan, pertolongan persalinan oleh non kesehatan, perilaku sosial budaya yang berpengaruh pada masalah kebidanan dan penyakit menular seksual. Contoh : Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingginya Kematian Ibu dan Anak yang Tinggal di Daerah A
  6. Neonatus, Bayi dan Balita : membahas masalah pada neonatus, bayi dan balita diantaranya adaptasi bayi baru lahir, adanya infeksi, rawat gabung, tumbuh kembang, serta masalah lain, seperti trauma lahir, adanya infeksi, rawat gabung, tumbuh kembang, serta masalah lain seperti trauma lahir, da berbagai penyakit pada bayi seperti bercak mongol, hemangioma, ikterik, diaper rush diare, infeksi dll. 
  7. Keluarga Berencana : membahas masalah yang berkaitan dengan keluarga berencana mulai dari efektifitas penggunaan KB, dampak, cara/ metode, konseling dan lain- lain.
  8. Kesehatan Reproduksi : membahas masalah tentang kesehatan reproduksi seperti infertilitas, sexual transmitted disease atau penyakit menular seksual, gangguan haid, pelvic inflamatory disease, aborsi dan penyakit keganasan.

Tuesday, April 28, 2015

Jurus Jitu Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Seringkali sebagai mahasiswa kita kebingungan apabila tiba saatnya menyusun sebuah karya tulis ilmiah, bingung harus mulai dari mana tahapannya apakah judul terlebih dahulu ? apalah mencari masalah dulu ??? belum lagi arahan pembimbing yang kadang- kadang membuat kita bingung ? Bukan arahannya yang membingungkan akan tetapi kitalah yang kebingungan karena terlalu panik. STOP !!!! Dont Panic !!! Still Focus for Your Goal !!! Ok !!!
Nach...sebenarnya menentukan masalah atau judul untuk sebuah karya tulis ilmiah ataupun tesis kebidanan bukanlah perkara yang sulit, KALAU SAJA semua tahapan kuliah dijalani dengan baik, Yup that's right tahapan kuliah salah satunya adalah praktik lapangan kebidanan...disanalah kita bisa menemukan hal- hal/ masalah- masalah kesehatan yang menarik untuk diteliti.
1. Tentukan Sasaran (neonatus, bayi, anak, remaja, ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui, masa interval, dan menopause)

2. Usahakan jangan membahas terlalu dalam mengenai penyakit ataupu hal- hal yang berhubungan dengan psikologis yang kita sendiri nantinya kebingungan untuk mencari tolak ukurnya

3. Masalah yang fenomenal sesuai sasaran atau kita mau ambil salah satu target MDG's (a. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan; b. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua; c. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan; d.Menurunkan Angka Kematian Anak; e.Meningkatkan Kesehatan Ibu; f.Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya; g.Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan h.Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan).

4. Set judul, usahakan ketika membuat judul kita bisa menggambarkan dan menceritakan kira- kira seperti apa penelitian kita, siapa populasi, sampel dan bagaimana kita menganalisanya)

5. Cari data dilapangan seputar masalah yang kita teliti, contoh  kita mau meneliti tentang BBLR, cara insidensi BBLR di Indonesia, di kota tempat kita meneliti atau dilokasi penelitian kita misal di RS atau klinik. Lalu berapa angka kematian yang diakibatkan BBLR berdasarkan tahun, apa penyebabnya. Kemudian siapa yang mau diteliti apakah ibunya atau bayinya secara langsung.

6. Lalu yang tak kalah penting adalah sumber- sumber yang up to date untuk mendukung penelitian kita tersebut.

7. Tanamkan keberanian untuk melakukan bimbingan/ konsultasi kepada dosen yang telah ditunjuk untuk membimbing. mereka bertugas membimbing apapun kondisinya apapun alasannya wajib bagi seorang mahasiswa yang sedang menyusun KTI/ tesis untuk melakukan bimbingan.

8. Ok jika masih bingung ??? Boleh sich garuk- garuk kepala, tapi jangan sampai ngejedutin kepala ke dinding yach...kalau masih bingung juga, ya itu wajarlah namanya juga masih belajar....udah belajar, udah konsultasi tapi masih aja keder dengan KTI/ Tesis silahkan hubungi kami via inbox fb kami https://www.facebook.com/ririn.deflina.39

9. Ok.....kami tunggu pesanannya, Inshaallah amanah









Friday, April 3, 2015

Suntik Pematangan Paru

Pada kehamilan yang dianggap beresiko dan memenuhi indikasi untuk dilakukan persalinan dengan tindakan operasi sesar, dimana usia kehamilan belum mencukupi waktunya, ditakutkan terjadinya pengembangan paru yang tidak sempurna yang dapat berakibat pada kematian pada bayi yang baru lahir akibat paru-paru yang belum matang sempurna. 

Surfaktan merupakan komponen yang penting dalam proses pengembangan paru. Surfaktan akan dikeluarkan pada usia kehamilan 24-26 minggu, dan mulai berfungsi aktif pada usia 32-34 minggu.

Produksi surfaktan dapat dipercepat lebih dini dengan meningkatnya pengeluaran kortisol janin yang disebabkan oleh stres, atau oleh pengobatan betamethasone atau deksamethason yang diberikan pada ibu yang diduga akan melahirkan bayi dengan defisiensi surfaktan atau kehamilan preterm 24-34 minggu.

Untuk itu, diskusikanlah kembali mengenai perlu atau tidaknya suntik pematangan paru pada kasus Anda dimana usia kehamilan sudah mencapai usia 39 minggu, mungkin saja dokter Anda memiliki pertimbangan lain yang belum disampaikan kepada Anda. 
 
Suntikan Pematangan paru sudah bisa diberikan pada usia kehamilan 28minggu, namun karena kemampuan NICU di Indonesia utk menopang hidup bayi prematur dibawah 1500 gram (dibawah 30 mgg) masih rendah, sehingga janin sebisa mungkin tidak dilahirkan sampai diatas 2000 gram. Suntikan pematangan paru diberikan hanya jika terjadi ancaman harus lahir prematur, dan diberikan segera saat pasien masuk dirawat akibat ancaman prematur (seperti kontraksi berulang, ketuban pecah dini) selama 2 hari penyuntikan.
Kehamilan kembar merupakan salah satu kondisi yang berisiko lahir prematur. Karena itu, pada wanita hamil kembar acapkali dilakukan suntikan obat untuk memicu pematangan paru-paru janin, sehingga diharapkan bayi yang dilahirkan tidak memiliki masalah pernapasan. Injeksi intra vena untuk pematangan paru-paru janin dilakukan di daerah pergelangan tangan ibu. Mengenai rasa sakit saat disuntik, ada ibu yang mengatakan tidak sakit hanya kurang nyaman, namun ibu lainnya mungkin berpendapat berbeda.

Injeksi ini bertujuan :
untuk membantu mempersiapkan alveolus paru untuk lebih mudah berkembang saat pertama kali janin bernafas/menangis. 
Pada janin yang belum matang paru- parunya namun terpaksa harus dilahirkan, maka janin berhadapan dengan risiko kesulitan bernafas akibat tidak mampunya alveolus untuk berkembang, sehingga meningkat pula risiko kematian bayi
 
Efek Samping Suntikan Pematangan Paru
Pada umumnya tidak ada resiko atau efek samping dari suntikan pematangan paru tersebut. Justru pada janin yang beresiko dan tidak dilakukan prosedur ini, dapat terjadi bahaya komplikasi sindroma gawat napas hingga kematian. 

Intra Uterine Growth Retardation-Gangguan Tumbuh Kembang Janin/IUGR

IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang normal. Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
Menurut Gordon, JO (2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine Growth Retardation) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).

Etiologi IUGR
1. Faktor Ibu
a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga aliran menjadi tanpa hambatan menuju retroplasenter sirkulasi dengan tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh kembang janin dengan baik dalam uterus. Dikemukakan bahwa jumlah arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka.
Gangguan terhadap jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah dalam bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b. Kelainan uterus.
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan.
c. Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d. Ketinggian tempat tinggal
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa janin mengalami penurunan berat badan yang signifikan Janin dari wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai berat badan lebih rendah daripada mereka.
e. Keadaan gizi
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita gemuk cenderung melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat badan yang lebih banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa kehamilan. Faktor terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa hamil wanita keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih banyak dari pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat badan yang kurang di dalam masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah.
f. Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir. Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh janin.
2) Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.

2. Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b. Kelainan genetik
c. Infeksi janin, misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan herpes).
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan intrauterine.banyaktipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.

3. Faktor Plasenta
Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor plasenta dapat dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada beberapa kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan aspek morfologi dari plasenta. Parameter klinik yang dapat digunakan untuk mendeteksi PJT ketidaksesuaian usia gestasi dengan besar uterus, laju pertumbuhan terhambat, atau pertambahan berat badan ibu yang kurang. Kejadian yang terbukti dengan cara ini hanya 10-25%, sehingga perlu digabung dengan pemeriksaan dan USG Doppler.
a) Manajemen pada kasus preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah dicerna, dan banyak istirahat.
b) Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat pertumbuhan janin dapat dilakukan pengakhiran kehamilan.
c) Jika terdapat oligohidramnion berat disarankan untuk per abdominam.
d) Pada kehamilan aterm tergantung kondisi janin jika memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam.

PATOFISIOLOGI IUGR
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

Klasifikasi IUGR

Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin terhambat (PJT) yaitu:
1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris.
Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin untuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk.
2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.
Terjadi pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertropi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi plasenta.
3. PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas.
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau keracunan.

TANDA DAN GEJALA IUGR
1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan kecepatan normal selama jangka waktu 4 minggu.
2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah dari pada yang di perkirakan menurut umur/ lama kehamilan .
3. Berat badan ibu semakin menurun.
4. Gerakan janin semakin berkurang.
5. Volume cairan ketuban menurun.

DIAGNOSIS IUGR
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.

2. Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.

3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati. Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.

4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.

Hubungan Kadar Gula Darah dan Obesitas Terhadap Pola Menstruasi


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Jumlah remaja di seluruh Indonesia tercatat lebih dari 70 juta jiwa atau 13 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura. Jumlah remaja di Indonesia yang bertambah banyak itu seringkali diikuti berbagai macam situasi memprihatinkan, salah satunya adalah obesitas. Prevalensi remaja yang mengalami obesitas dan kegemukan di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan Himpunan Studi Obesitas Indonesia (2004), menyebutkan obesitas pada pria Indonesia mencapai 9,16 persen, sedangkan pada perempuan sekitar 11,2%. Pada tahun 2007, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, tingkat obesitas pada remaja (usia 15-24 tahun) pada tahun 2007 bahkan mencapai 19,1%.

Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan 14% anak di bawah lima tahun di Indonesia mengalami obesitas. Tingkat obesitas tertinggi terjadi di Ibu Kota, yakni mencapai 19,6 %, disusul Sumatera dengan angka 18,3 %.

Kelebihan berat badan di usia remaja tidak hanya membuat remaja mendapat “stigma” dari teman-teman, tetapi juga membuat lebih rentan terkena masalah serius di kemudian hari (Detik News, 2009).

Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang mengalami kelebihan berat badan cenderung mengalami obesitas di usia dewasa. Obesitas berkaitan erat dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah serta peningkatan resiko terkena diabetes yang ditandai oleh kadar gula darah (KGD) yang tinggi, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung yang berujung pada kematian dini.

Obesitas telah lama dikaitkan dengan masalah ketidaksuburan (infertilitas). Kini sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, telah menemukan hubungan antara kedua faktor tersebut. Perubahan lingkungan di sekitar ovarium sebelum ovulasi, ditemukan sebagai faktor penyebab infertilitas pada perempuan yang obesitas. Karakteristik indung telur dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka berkembang dalam ovarium yang ditandai dengan tidak teraturnya pola menstruasi.

Peneliti bermaksud mencari keterkaitan antara kadar gula darah, obesitas dan pola menstruasi. Orang yang obesitas berisiko mengalami kadar gula yang tinggi (hiperglikemia/ diabetes). Obesitas dan diabetes dapat mempengaruhi fungsi reproduksi remaja (mahasiswa) yaitu mengakibatkan ketidakteraturan pola menstruasi yang dalam jangka panjang dapat mengakibatkan infertil. Kesehatan adalah hak semua orang yang harus dipertahankan, mengingat dampak panjangnya terhadap kehidupan seorang perempuan maka peneliti tertarik, mengangkat fenomena ini menjadi sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul : “ Hubungan Kadar Gula Darah dan Obesitas terhadap Pola Menstruasi".

Wednesday, April 1, 2015

Keluarnya Darah Setelah Masa Nifas Berakhir

Semua wanita akan mengeluarkan darah selama dan setelah proses persalinan. Tetapi karena jumlah darah yang ada di dalam tubuh anda meningkat sekitar 50% selama masa kehamilan, tubuh anda sudah siap ketika menghadapi keluarnya darah secara normal setelah persalinan.

Inilah yang terjadi: Ketika placenta memisahkan diri dari uterus, beberapa pembuluh darah yang terputus mulai mengeluarkan darah ke area uterus. Setelah plasenta keluar dari vagina, uterus akan terus berkontraksi sehingga pembuluh darah menjadi tertutup dan pendarahan yang terjadi pun akan semakin berkurang. Jika anda melakukan persalinan dengan metode pembedahan, anda juga akan mengalami pendarahan di bagian tersebut sampai luka bekas operasinya dijahit.

Dokter, perawat atau bidan yang membantu kelahiran anda mungkin akan memberikan pijatan pada bagian uterus anda dan memberikan oxytocin sintetis (pitocin-untuk merangsang kontraksi) untuk membantu uterus berkontraksi. Aktivitas menyusui, dimana oxytocin alami (hormon oksitosin yang salah satu perannya pasca persalinan yaitu merangsang rahim untuk berkontrasi untuk mengeluarkan plasenta, juga hormon ini berfungsi mengembalikan rahim ke bentuk semula) akan diproduksi oleh tubuh anda, juga akan membantu uterus anda untuk berkontraksi (Itu sebabnya anda mungkin akan merasakan kram saat sedang menyusui bayi).
Terkadang, uterus juga bisa saja tidak terkontraksi dengan baik setelah persalinan sehingga menyebabkan pendarahan yang hebat.

Locia merujuk pada keluarnya cairan vagina selama masa postpartum. (Istilah ini sendiri diambil dari bahasa Yunani yang artinya “berkaitan dengan persalinan.”) Locia terdiri dari darah, jaringan yang terkelupas dari pinggiran uterus dan bakteri.

Beberapa hari setelah melahirkan, lochia mengandung darah dalam jumlah yang cukup yang banyak, sehingga lochia akan terlihat merah dan terlihat seperti saat anda sedang dalam periode menstruasi. Keluarnya lochia mungkin juga hanya sedikit demi sedikit melalui semburan kecil atau aliran yang lebih merata. Jika anda berbaring dalam waktu yang cukup lama dan darah sudah terkumpul di dalam vagina anda, anda mungkin akan melihat semacam gumpalan kecil ketika anda bangun.

Jika semua prosesnya berjalan dengan normal, cairan yang keluar akan semakin berkurang tiap harinya, dan sekitar dua atau empat hari setelah melahirkan, lochia akan terlihat lebih encer dan berwarna lebih muda. Dan sekitar 10 hari setelah melahirkan, seharusnya anda hanya akan mendapatkan cairan yang berwarna putih atau putih kekuningan dalam jumlah yang sedikit, yang biasanya terdiri dari sel darah putih dan sel-sel yang berasal lapisan rahim.

Keluarnya lochia akan semakin lambat dari hari ke hari sebelum benar-benar berhenti, proses ini biasanya berlangsung selama 2 sampai 4 minggu, meskipun beberapa perempuan mungkin akan terus mengalami lochia atau mendapatkan sedikit bercak beberapa minggu lebih lama dari yang seharusnya. Jika anda mengkonsumsi pil pengontrol kehamilan atau menggunakan KB suntik, anda akan mendapatkan bercak-bercak selama satu bulan atau lebih, dan ini merupakan hal yang normal.

Di masa-masa awal, gunakan pembalut yang besar dan tebal yang biasanya diberikan oleh rumah sakit dimana anda melakukan persalinan, jika anda belum menyediakan stok pembalutnya di rumah, anda bisa membelinya lagi setelah anda diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ketika keluarnya lochia semaking berkurang, anda bisa mengganti pembalut yang anda pakai dengan pembalut yang lebih tipis. Jangan menggunakan pembalut model tampon setidaknya selama 6 minggu ke depan, karena hal ini dapat menyebabkan infeksi di masa-masa penyembuhan vagina dan uterus anda.

Sering-seringlah buang air kecil, meski anda tidak merasakan adanya dorongan untuk buang air kecil. Beberapa hari setelah melahirkan, kandung kemih anda mungkin akan berkurang sensitifitasnya dibandingkan ketika anda berada dalam keadaan normal, sehingga anda mungkin tidak akan merasakan keinginan untuk buang air kecil meskipun kandung kemih anda sudah cukup penuh. Kandung kemih yang penuh selain dapat menimbulkan beberapa masalah, juga dapat membuat uterus anda menjadi sulit untuk berkontraksi sehingga membuat anda merasa kesakitan dan mengalami pendarahan.

Beristirahatlah dengan cukup. Karena jika anda terlalu banyak melakukan aktifitas, anda bisa mengalami pendarahan dalam waktu yang lebih lama atau mulai mendapatkan pendarahan lagi setelah lochia yang anda alami mulai melambat atau bahkan berhenti.

Ketika bercak merah mulai muncul lagi setelah jumlah lochia yang keluar mulai berkurang, ini bisa menandakan bahwa anda harus memiliki waktu istirahat yang lebih banyak. Namun jika anda terus mendapatkan bercak-bercak ini setelah mengurangi aktifitas selama beberapa hari, anda harus segera berkonsultasi dengan bidan atau dokter kandungan anda.

Jangan menunda-nunda untuk menemui dokter atau bidan anda ketika pendarahan yang alami semakin bertambah hebat, atau:
Lochia yang anda alami 4 hari setelah melahirkan masih berwarna merah terang
Lochia yang keluar dari vagina anda berbau busuk atau diikuti dengan demam atau panas dingin
Pendarahan yang keluar sangat berlebihan dan abnormal (misalnya seperti mengganti pembalut setiap satu jam atau adanya gumpalan darah yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bola golf). Inilah tanda dari pendarahan postpartum akhir yang memerlukan penanganan secepatnya.



Tuesday, March 31, 2015

Amnion/Cairan Ketuban


Amnion (cairan ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuning-kuningan yang mengelilingi bayi yang belum lahir (janin) selama kehamilan. Cairan ini terkandung dalam kantung ketuban.
Pengertian Air Ketuban adalah cairan amnion, adalah cairan yang terdapat dalam ruangan yang diliputi selaput janin. Bobot jenis cairan ini sekitar 1.080 Makin tua kehamilan, makin turun berat jenisnya, hingga menjadi 1.025-1.010

Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban mengelilingi dan mendukung bayi dalam seluruh perkembangannya. Jumlah cairan ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan.

Cairan ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan, dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin.

Fungsi Cairan Ketuban
  1. Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma akibat benturan.
  2. Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah ibu ke janin.
  3. Berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk sementara.
  4. Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang dengan baik.
  5. Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam menjaga kehangatan di sekitar janin. 
  6. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.
Pada waktu persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan atau kontraksi di dalam rahim, sehingga leher rahim membuka.
Dan saat kantung ketuban pecah, air ketuban yang keluar sekaligus akan membersihkan jalan lahir.

Pada saat kehamilan, air ketuban juga bisa digunakan untuk mendeteksi kelainan yang dialami janin, khususnya yang berhubungan dengan kelainan kromosom.
Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi penanda janin sudah matang atau lewat waktu.

Ternyata, mulai dari awal kehamilan sampai dengan trimester kedua kehamilan, air ketuban ini akan nampak terang, jernih, dan mungkin agak kekuningan. Namun, kalau sudah di trimester ketiga kehamilan, air ketuban berubah menjadi terang sekali, benar-benar tidak ada warnanya.

Sekitar kurang lebih mulai minggu ke 33 sampai dengan minggu ke 34, cairan ketuban berubah menjadi agak sedikit keruh. Perubahan ini tentunya secara perlahan-lahan, dan tidak langsung begitu saja. Barulah sekitar minggu-minggu ke 36 sampai dengan minggu ke 37, perubahan ini terjadi relatif lebih cepat.

Dalam kurun waktu kehamilan tidak hanya secara fisik anda yang mengalami perubahan akan tetapi beberapa faktor seperti komposisi air ketuban mengalami perubahan sesuai dengan usia.

Selama kehamilan anda akan mengalami jumlah air ketuban bahkan pada usia kandungan memasuki usia 25 minggu jumlah air ketuban rata rata adalah 239 ml sedangkan pada usia kehamilan 33 minggu rata rata meningkat menjadi 984 ml.

Air ketuban menjadi poin penting selama kehamilan begitu juga saat memasuki persalinan. Pada saat persalinan air ketuban abnormal akan mengakibatkan kondisi kesehatan bayi memburuk.

Warna Cairan Ketuban
Warna air ketuban sebenarnya tak berbeda dengan warna air biasa, yakni jernih. Kalau ada perubahan warna, semisal hijau atau merah kecokelatan, patut dicurigai ada yang tak beres pada janin. Kemungkinan akibat infeksi, terjadi kebocoran/pecah ketuban, atau hal lain yang bersifat fatal.

Tingkat keparahan gangguan, bisa “terbaca” dari gradasi warna yang terbentuk. Semakin pekat dan keruh warnanya, tentu kian besar pula ancaman pada kesejahteraan janin. “Kalau hijau kental, misalnya, kemungkinan besar janin sudah buang air besar (BAB) di dalam rahim. Harus dilihat lagi, apakah janin mengalami stres karena berkurangnya suplai oksigen atau melemahnya otot-otot sfingter yang mengelilingi saluran pembuangan. Sebab dalam keadaan normal bayi, belum BAB di dalam rahim jika memang tak ada stres.”

Karena itulah, bila air ketuban berwarna keruh, paramedis yang menangani persalinan harus segera bertindak. Sayangnya, warna air ketuban baru dapat terlihat saat persalinan dan sama sekali tak bisa “diintip” selagi janin masih dalam kandungan.

Saat pembukaan dua dan ketahuan air ketuban berwarna hijau kental, misalnya, dokter harus segera memutuskan untuk menempuh tindakan sesar karena itu menandakan gawat janin yang semakin besar risikonya bila harus berlama-lama mengikuti proses melahirkan secara spontan. Belum lagi bila ada kemungkinan persalinan macet atau lainnya.

Begitu juga bila air ketuban berwarna merah. “Itu pertanda ada perdarahan, entah karena ari-ari lepas maupun perdarahan karena sebab lain. Sedangkan bila warna air ketuban bernuansa cokelat kehitaman biasanya bayi sudah meninggal dalam rahim. “Sebetulnya, ibu sudah bisa mengantisipasi keadaan ini lewat gerakan janin. Memasuki usia kehamilan 28 minggu, contohnya, minimal 10 kali gerakan per hari. Jika kurang dari itu atau malah tidak bergerak sama sekali, ibu bisa langsung berkonsultasi ke dokter.

Penyebab Ketuhnya Cairan Ketuban
Salah satunya dalam beberapa kasus ditemukan adanya air ketuban yang keruh yang dapat mengakibatkan gangguan pada saat persalinan. Air ketuban keruh dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah infeksi yang terjadi selama kehamilan, kehamilan yang lebih dari waktu persalinan, terjadinya gangguan pada janin.

1. Infeksi
Infeksi yang terjadi selama kehamilan dapat disebabkan karena air ketuban pecah disebabkan oleh infeksi sehingga harus segera dilakukan persalinan, apabila tidak segera diberikan penanganan dikhawatirkan akan mengakibatkan gangguan pada bayi anda.

2. Kehamilan yang melebihi 42 minggu
Sedangkan untuk hamil yang melewati waktu berhubungan dengan kelahiran normal yang harusnya terjadi 37 hingga 42 minggu. Bagi ibu hamil yang melewati masa tersebut biasanya disebut over pregnancy sehingga apabila melewati usia 42 minggu plasenta akan lebih tua dan tidak berfungsi seperti mestinya menyebabkan kekurangan pasokan oksigen pada bayi. Hal ini meningkatkan resiko ketuban pecah dini dan terjadi infeksi pada bayi, selain itu
dapat mengakibatkan air ketuban menjadi berwarna hijau keruh.

3. Gangguan pada janin
Selanjutnya penyebab dari bahaya air ketuban keruh adalah gangguan pada janin. Salah satu kasus yang dapat diambil adalah kurangnya pasokan oksigen dari sang ibu dikarenakan gangguaan kesehatan seperti asma atau terjadi karena gangguan dari pergerakan bayi yang terlalu aktif mengakibatkan tali pusar melilit sehingga mengakibatkan bayi stress. Bayi yang stress akan mengeluarkan mekonium yaitu feses yang dihasilkan oleh bayi yang baru lahir. Terjadinya mekonium di dalam kandungan mengakibatkan air ketuban menjadi hijau keruh. Air ketuban memang sangat befungsi ketika kehamilan dan menjelang persalinan akan tetapi apabila sudah melalui masa hamil (37-42 minggu) dan bayi masih di dalam kandungan akan berbahaya. Air ketuban yang mencemari disaat persalinan berlangsung dikenal dengan istilah medis Meconium Aspiration syndrome (MAS). Air ketuban keruh yang berwarna hijau bahkan hingga berwarna hitam akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada bayi apabila tidak segera ditangani. Ciri ciri bayi yang megalami keracunan air ketuban adalah dengan mengalami penuaan pada kulit seperti keriput kemudian kukunya memanjang dan adanya cairan pada paru-parunya.

Lakukan pencegahan agar air ketuban terjaga dengan baik yaitu dengan mengkonsumsi air kelapa muda dikarena kandungan nutrisi yaitu kandungan elektrolit yang dapat membersihkan rahim terutama dalam menjaga kestabilan air ketuban.

Komposisi Cairan Ketuban
1. Terdiri dari 98% air
2. Bahan padat lain 2% yang terdiri dari: a) Elektrolit, derifat protein (kreatinin, ureum, dan asam urat), glukosa, lemak, dan lemak protein (fosfolipid dan kolesterol) b) Hormon (HCG, Hpl, Estrogen, Progesteron, Prolaktin) c) Enzim (seluruh enzim dalam tubuh manusia) d) Pigmen ( bilirubin pada awal kehamilan yang akan menghilang saat hepar menjadi matang) e) Bahan-bahan dari janin seperti rambut, verniks.